Sekitar akhir tahun 2002 merupakan awal perkenalan Harun dengan Rahma di sebuah Sekolah Dasar Negeri di Kota Cilegon. Kala itu Rahma membantu usaha Ibunya berjualan makanan khas Palembang pempek di dekat sekolah tersebut. Siapa yang mengira perkenalan tersebut berujung di pelaminan dan mengantarkan keduanya sukses jualan sayur.
Menikah, Jalan Awal Menuju Pintu Rezeki
Selang beberapa bulan sejak perkenalan pertama mereka, Harun dan Rachma kemudian melanjutkan hubungan mereka ke pelaminan. Harun, pria asal Klaten, Jawa Tengah ini keluarganya memang berbisnis sayur mayur. Ketika bertemu Rachma, Harun tengah ikut membantu usaha Kakaknya yang saat itu sukses jualan sayur.
Setelah mereka menikah, Harun berniat untuk menjalankan usaha jualan sayur mayur berdua Rachma. Lika liku jalan yang mereka tempuh menuju kesuksesan usahanya tidaklah mudah dan banyak rintangan.
Awal Merintis Di Pasar Merak Banten
Setelah menikah, Harun dan Rachma memutuskan untuk menetap di Pulo Merak, Cilegon, Banten. Mereka menyewa sebuah rumah kontrakan kecil. Berbekal pengalamannya saat masih ikut membantu usaha bisnis sayur mayur dengan Kakaknya, Harun pun memulai usaha dari bawah dengan modal usaha sekitar Rp. 250.000.
Modal itu dibelikan sayuran dari Kakaknya di Cilegon untuk kemudian dijual kembali di pasar baru Merak. Diawal usahanya Harun menggunakan sepeda motor miliknya untuk mengangkut sayur mayur jualannya dari tempat Kakaknya, antara lain seperti bawang merah, tomat, sawi, kol, serta bawang seledri.
Persaingan Usaha Di Banten
Persaingan usaha terutama untuk sayur mayur di Banten sangatlah kompetitif, baik dari segi harga, lokasi maupun “hal hal lainnya” yang sulit dicerna nalar logika. Harun menceritakan suatu hari rumah kontrakannya pernah terjadi ledakan misterius tanpa jelas sebab, peristiwa tersebut hanyalah salah satu dari banyak rintangan lainnya yang dihadapi mereka.
Rintangan demi rintangan mereka hadapi, namun tidak membuyarkan fokus mereka untuk terus mengembangkan usaha. Rachma, wanita kelahiran Palembang, Sumatera Selatan ini tidak kalah gigihnya dengan Harun suaminya dalam menjalani usaha mereka. Kepiawaian dan ketelitian Rachma dalam mengelola keuangan usaha, ikut mendorong kemajuan bisnis sayur mayur mereka.
Mulai Menyambangi Pasar Induk
Setelah memiliki cukup modal, Harun pun berencana untuk membeli langsung sayur mayur di pasar induk Tanah Tinggi Tangerang. Dia berencana menjadi distributor sayur mayur bagi pedagang lainnya di pasar baru Merak atau disana dikenal dengan istilah “titip beli”.
Modal yang telah dikumpulkan untuk biaya sewa transportasi pengangkut sayuran dari pasar induk Tanah Tinggi Tangerang ke Merak, serta modal membeli sayuran. Diawal belum ada yang setor uang pembelian diawal untuk “titip beli” sehingga Harun harus membeli dulu.
Terkadang Harun juga membawa langsung hasil panen pertanian dari kampung halamannya untuk dijual di Merak, Banten.
Kendaraan Operasional
Selang 2 tahun lebih menjalani model bisnis “titip beli”, Harun dan Rachma mulai menikmati hasil usahanya, mereka pun membeli rumah dan tanah pertama mereka seluas 84 meter2. Usaha mereka terus berkembang, hingga mereka memutuskan membeli kendaraan pertama mereka sendiri untuk armada pengangkutan sayuran dari pasar induk Tangerang. Kala itu pilihan mereka jatuh pada jenis kendaraan penumpang jenis MPV yang memiliki kabin lega.
Ketika digunakan mengangkut sayuran maka seluruh jok pada kabin belakang dilepas, sehingga terdapat ruang lega untuk pengangkutan. Mereka yang saat membeli kendaraan ini baru saja dikaruniai anak kembar mereka yaitu anak ketiga dan keempat, maka kendaraan tersebut juga dapat menjadi kendaraan transportasi keluarga.
Ketika muatan semakin rutin mereka memutuskan membeli 1 unit kendaraan lagi kali ini khusus kendaraan niaga jenis pick up. Harun yang tidak bisa mengendarai mobil, kerap menyewa jasa pengemudi untuk setiap pengangkutan. Tidak jarang mereka jadi langganan Harun dan disewa Harun untuk berbagai keperluan lain termasuk liburan keluarga.
Sukses Jualan Sayur
Tidak hanya menjadi distributor sayur mayur di pasar baru Merak, Harun dan Rachma pun kini kerap dipercaya memasok sayuran segar ke dapur katering pabrik pabrik di kawasan Cilegon dan Serang Banten. Menurut Harun minimal standar yang diminta pabrik tidak sulit dipenuhi karena tidak berbeda dengan standar sayuran yang dia perjual belikan sehari hari.
Sekitar 1 tahun setelah membeli kendaraan niaga pengangkut sayuran, Harun kini sudah dapat berinvestasi dengan membeli sebidang tanah seluas 200 meter2 di pinggir jalan. Dia mengaku belum memastikan akan diperuntukan untuk apa tanah tersebut, namun investasi untuk tanah memang dikenal tidak akan susut.
Ada cerita ketika tsunami melanda pesisir pantai anyer pada akhir tahun 2018 lalu. Kala itu Harun dan Rahma sedang dikunjungi ibu dan ayah dari Rachma serta adik, kakak, para keponakan dari Rachma. Malam pertama kejadian tsunami informasi masih simpang siur, mereka mendengar pengumuman dari pengeras suara masjid yang menghimbau agar warga mengungsi sementara ke tempat lebih tinggi.
Suasana mencekam hingga menjelang subuh akhirnya mereka semua kecuali Harun mengungsi sementara ke rumah adik Rachma yang berada di Pamulang, Tangerang Selatan. Adapun Harun tidak ikut dan bertahan ditempat pengungsian agar dapat menjaga serta memantau rumah dan kiosnya dipasar yang terletak dibawah bukit.
Namun Allah masih melindungi mereka, sehingga tidak ada satupun keluarga Harun dan Rachma termasuk kakak – kakaknya di Cilegon yang terkena dampak musibah tsunami tersebut.
Foto Cover: Google Maps, Pasar Baru Merak